Title : SOE HOK GIE
(catatan seorang demonstran)
Author : Soe Hok
Gie
Rate : 3/5
Sebenarnya buku ini
sudah lama ada di rak dan menjadi nomor sekian dalam antrian hingga akhirnya
sekarang sudah selesai saya baca. Buku ini agak berbeda dengan buku-buku lain
yang pernah saya review, karena buku Soe Hok Gie ini adalah sebuah catatan harian.
Sebuah buku biasanya ditulis dengan maksud untuk diterbitkan dan dibaca oleh
para pembaca secara terbuka. Sedangkan Soe Hok Gie, sang penulis catatan harian
ini tidak bermaksud demikian terhadap catatan-catatannya. Bisa dibilang buku
ini bersifat pribadi, malah sangat pribadi, Soe Hok Gie menulis sesuai isi dan
kata hatinya, dari mulai kesehariannya sampai masalah percintaan pun ia
curahkan di sini.
Dari gaya bahasa ada
perubahan yang jelas terlihat dari awal Gie menulis saat ia berusia lima belas
tahun hingga dewasa. Pada catatan masa kecilnya Gie sering menulis tentang
sekolah, teman-temannya, nilai-nilai pelajaran yang didapat dan juga tentang guru-gurunya.
Dari gaya tulisannya terlihat bahwa dari kecil pun seorang Gie adalah sosok
yang idealis, pendiriannya teguh dan cukup kritis untuk anak usia lima belas
tahun.
Karena buku ini
memuat catatan harian maka cerita-cerita yang disajikan berdasarkan tanggal
penulisan ini sering tidak terkait satu sama lain. Selain itu ada banyak cerita
yang sebenarnya akan sedikit sulit bagi kita yang tidak mengenal tokoh-tokoh
yang disebutkan Gie -yang sebagian besar adalah teman dekatnya- untuk
memahaminya. Akan sangat berbeda jika kita membaca novel yang memang telah
disusun dan dinarasikan sedemikian rupa sehingga pembaca tidak hanya mengenal
nama bahkan bisa paham dengan karakter tokoh-tokohnya.
Saya sedikit
mengamini pendapat Salim Said (Tempo, 6 Agustus 1983) dalam ulasannya tentang
buku ini bahwa sebagai pembaca saya tidak memungkiri ada kebosanan saat saya
membaca cerita Gie tentang kegiatan di Fakultas Sastra-nya. Mungkin
cerita-cerita tersebut bisa menjadi menarik jika dibaca oleh teman-teman Gie
yang memang terlibat di dalamnya atau yang mengenal tokoh-tokoh yang disebutkan
Gie. Saya malah lebih tertarik dengan kata pengantar yang ditulis oleh Daniel
Dhakidae di awal buku ini yang mengulas sosok Soe Hok Gie melalui beberapa
penggalan catatan hariannya. Sebenarnya mungkin akan lebih menarik jika dibuat
demikian.
Terlepas dari
menarik atau membosankan, buku ini punya rasa tersendiri. Sebagai pembaca kita
bisa mengenal sosok Soe Hok Gie sesuai interpretasi kita terhadap
tulisan-tulisannya secara langsung, tidak digiring oleh persepsi orang lain.
Selain itu dengan melihat catatan harian Soe Hok Gie saya merasa bahwa menulis
catatan harian atau diary tidak selamanya adalah kegiatan anak perempuan di
ambang masa remaja yang sedang kasmaran. Menulis catatan harian ternyata bisa
jadi investasi, bukan investasi dengan tujuan dibukukan, tetapi investasi untuk
mengenal diri kita lebih baik melalui tulisan-tulisan kita.
Catatan:
Buku ini banyak ilmu
dan inspirasinya. Untuk menghindari kebosanan bisa skip saja bagian yang dirasa
kurang menarik, toh ceritanya tidak terlalu berkaitan.
0 comments