Mungkin sebulan yang lalu, atau lebih, saya
tiba-tiba ngerasa ada yang nggak beres, ada sesuatu yang salah dengan rutinitas
yang saya jalani. Hmmm..., bukan, bukan ke kantor yang salah, meskipun kadang
saya pun pernah merasa jengah. Tapi ini masalah pemakaian medsos yang lama-lama
sudah di taraf nggak sehat. Awalnya saya menyangkal sendiri pemikiran ini,
beranggapan bahwa pemikiran saya kelewat berlebihan. Ada pembelaan semacam “memang
zamannya” atau “temen-temenmu juga kayak gitu kok” dan “toh semua baik-baik aja”.
Tapi lalu saya sadar, kalau mau melihat ke dalam
(???) memang aktivitas di medsos yang selama ini saya lakukan perlu sedikit dievaluasi.
Saya ngaku kalo yang saya cari tiap pagi setelah
melek adalah hape, bukannya air wudhu (terus tiba-tiba dakwah) LOL. Tiap duduk
nunggu martabak dimasak sama babangnya yang saya lakukan adalah buka hape,
scroll dan scroll dan scroll. Tiap di kantor dan lagi nggak ada kerjaan yang
dicari dan dibuka nggak jauh-jauh dari instagram atau twitter.
Bahkan sampai tahap saya sadar udah nggak normal
pun saya masih tetep nyecroll. Jadi begini, sambil scroll layar hape dalam hati
“kenapa aku main hape terus” “aaak gimana ngeberhentiinnya ini” “my god, i
don’t want to die like this”.
Kemudian beberapa hari setelah pemikiran tidak
berdasar itu saya nemu sebuah artikel di twitter (nah dari medsos lagi) yang
berjudul "In the time you spend on social media each
year, you could read 200 books". 200 buku? Setahun? 20 aja
empot-empotan.
Menurut perhitungan penulisnya, waktu yang
dibutuhkan untuk membaca 200 buku setahun adalah sebanyak 417 jam (dengan
asumsi kecepatan membaca 400 kata per menit). Sesuai judulnya, penulis membandingkannya dengan
waktu yang digunakan untuk media sosial selama setahun, yaitu sebanyak 608 jam.
Oke ini nggak fair, karena hidup di Indonesia jadi data yang dipakai ya jangan
data orang Amerika. Kemudian saya iseng dan nemu data pemakaian medsos
rata-rata orang Indonesia, jangan kaget, that’s it, 3 jam 16 menit per hari
yang adalah 196 menit per hari yang adalah 71.540 menit per tahun yang adalah
1.192 jam per tahun. (cmiiw)
![]() |
wearesocial.com |
Oke masih nggak fair, 400 kata per menit itu
punyanya orang Amerika, mari dibuat lebih sedikit, 250 kata per menit lah. Dengan
rata-rata 50.000 kata per buku, waktu yang dibutuhkan untuk membaca 200 buku
adalah 666 jam. Masih setengahnya dari waktu main medsos.
Anggaplah masih nggak fair, 250 kata per menit itu
berat buat orang seperti saya, coba dibuat jadi 150 kata per menit. Dengan
kecepatan tersebut waktu untuk baca 200 buku per tahun adalah 1.111 jam. Dan masih
kalah tipis dengan waktu main medsos.
Saya bukannya mau baca 200 buku setahun, tapi
poin waktu di medsos yang sebanding dengan membaca 200 buku setahun itu cukup
bikin ngeri. Ngeri karena selama ini waktu yang nggak bisa balik itu cuma
dipake scrolling layar.
Mencoba buat nggak buka medsos itu susah, khususnya
buat saya yang udah di taraf nggak sehat. Apalagi kalo barangnya ada, maksudnya
masih ada aplikasinya di hape. Akhirnya, atas nama hidup yang cuma sekali, saya
berinisiatif untuk tidak memakai medsos, atau istirahat main medsos selama
seminggu dalam sebulan. Awalnya memang agak kagok, saya sering reflek ngambil
hape trus baru inget udah nggak ada aplikasinya, dan taruh lagi. Selebihnya
ternyata nggak susah-susah banget.
Percayalah, manusia masih bisa hidup walaupun
seminggu nggak buka medsos. Saya adalah kelinci percobaan dari pernyataan
empiris tersebut. Hahaha.
Tanpa medsos, banyak hal yang bisa dilakukan,
seperti ndomblong, ngelamun, atau corat coret buku di tengah-tengah orang yang
sedang ngadepin layar hapenya masing-masing. Atau kalau mau lebih bermanfaat, bisa baca buku, bersih-bersih kamar, dan beramal sholeh. XD
Yang jelas, masih banyak hal yang lebih menarik
di dunia ini daripada layar smartphone datar 5 inchi, yang bisa dibaui, yang
bisa dikecap, yang bisa disyukuri, yang bisa diajak bercanda, yang bisa dijelajahi,
dan yang nggak ada salahnya dicoba, untuk diceritakan kepada anak cucu kelak.
Di balik layar smartphone itu mungkin cuma
ilusi, pun waktu.
Tapi kan hidup bukan
.
.
.
.
*Bandung, 23 derajat celcius, belum ngerjain pr
*Bandung, 23 derajat celcius, belum ngerjain pr
0 comments