Judul : Drupadi
Penulis : Seno Gumira Ajidarma
Penerbit : Gramedia
Sebelum mereview:
Buku ini sebenarnya nggak dibeli dengan perencanaan. Waktu
itu lagi iseng jalan-jalan ke toko buku,
trus inget SGA baru nerbitin novel. Yaudahlah cari di mesin pencari, tapi nggak
jelas di komputernya tentang stok dan lokasi buku. Akhirnya ditunjukkin sama
mas-masnya, diambilin sekalian, katanya tinggal satu itu, wujudnya udah
diplastikin ulang, artinya buku ini adalah buku yang udah dibuka segel dan
dipakai pelanggan buat liat-liat. Karena stoknya habis jadi buku ini diplastikin
lagi biar nggak lecek. Terus yang
tadinya nggak niat beli jadi mikir 'this book is meant to be mine'. Pokoknya
jadi sentimentil dan seolah-olah ngerasa di antara ribuan buku yang dicetak
dan saya dipertemukan dengan satu buku ini. Maka akhirnya dibeli. Iya, saya bisa
selebay itu di toko buku. (Udah ya nggak penting)
Dewi Drupadi tidak menyukai suratan. Kehidupan manusia tidak ada artinya tanpa perjuangan. Jika segalanya telah menjadi suratan, apakah yang masih menarik dalam hidup yang berkepanjangan? Apakah usaha manusia tidak ada artinya?
Drupadi ini beda dengan apa yang biasanya ditulis SGA kalau
dilihat secara fisik dan jenisnya. Kebanyakan buku SGA akan tebeeel banget kaya
Nagabumi I dan II, atau bakal nggak tebel dan isinya cerpen. Walaupun nggak
bisa digeneralisasikan juga, tapi menurut saya itulah kenapa buku SGA begitu.
Bingungin ya kalimatnya.
(Duh nggak enak ya mau ngritik penulis favorit)
Jadi gini, ternyata buat saya, secara pribadi
tulisan-tulisan SGA memang lebih enak dinikmati yang setebel nagabumi sekalian
atau sekelumit cerpen-cerpennya yang memang ngena. Drupadi ini walaupun di
riwayat penulisannya dia pernah terbit sepotong-potong seperti cerbung dan
sebenarnya bisa dinikmati secara individu per bab, tapi pas dibukukan kan
jatohnya jadi novel. Saya ngerasa ada yang belum tuntas dengan apa yang
dituliskan sama SGA tentang drupadi ini.
*siap-siap ditoyor fans SGA yang lain*
So, that was just me wrote how i perceive SGA’s writing in
Drupadi.
Sekarang mari bahas ceritanya.
Drupadi adalah penulisan ulang kisah pewayangan tentang Dewi
Drupadi. Kisah di buku ini dimulai dengan sayembara yang menghadirkan
ksatria-ksatria untuk dapat meminang Drupadi. Dalam cerita pewayangan itu
sendiri Drupadi adalah penggambaran sosok perempuan dengan kecantikan luar
biasa. Pokoknya selama kecantikan itu masih bisa terbayangkan maka kecantikan
Drupadi berada jauh di atas itu.
Kemudian sayembara dimenangkan oleh Arjuna yang waktu itu
menyamar menjadi seorang Brahmana. Perihal kenapa Arjuna menyamar, sekaligus
menjadi momen kemunculan Pandawa setelah melakukan pengembaraan. Sebelumnya mereka sudah
dianggap tewas dalam peristiwa Bale Sigala-gala.
Singkat cerita karena Arjuna yang merasa nggak enak
melangkahi kakaknya Yudhistira, maka akhirnya diputuskan Dewi Drupadi menjadi
istri kelima Pandawa.
Meskipun berjudul Drupadi, dalam buku ini cerita intinya
bagi saya tetap cerita tentang perselisihan antara Pandawa dan Kurawa. Dari
keduanya ini ada irisan berupa Dewi Drupadi. Jadi menurut saya buku ini lebih
bercerita tentang seperti apa peran Drupadi sebagai seorang istri berlimakan
suami Pandawa dengan segala kepelikan masalah mereka. Sebagai istri, Drupadi
adalah penggambaran kontradiktif dengan berbagai kekejaman dan kehinaan yang
diterima, di atas segala kehormatannya sebagai seorang permaisuri.
Ada sisi perwatakan gender di salah satu kisah di buku ini.
Ketika Pandawa dan sekutunya kebingungan memutuskan untuk melawan Kurawa dengan
segala pertimbangan dan perhitungan, Drupadi muncul sebagai perempuan yang
meminta hak pembalasan dendamnya. Ketika para laki-laki ngitung dengan logika
dan akal trus nggak dapet keputusan, perempuan punya peran memakai sisi batin
dan perasaannya. Ya meskipun di sini Drupadi digambarkan terlalu emosional
dengan dendamnya terhadap Kurawa, tapi siapa coba yang pernah berada di posisi
Drupadi? Nggak ada yang tahu rasanya sesakit apa.
Maka hidup di dunia bukan hanya soal kita menjadi baik atau buruk, tapi soal bagaimana kita bersikap kepada kebaikan dan keburukan itu.
*Lagi rajin nulis* *padahal lagi UTS* *nggak tahu diri*
0 comments